Awan mendung, hujan pun turun. Saya tidak berani
membayangkan, andai saja hujan itu berbentuk uang logam atau uang kertas, tentu
saya bisa membedakan mana itu bank, tempat parkir, atau penjual koran. Namun
saya kira Bang Tung Desem Waringin, seorang motivator dan pengusaha sukses dalam
negeri ini, cukup brilian dan kreatif
dalam memanfaatkan dan membagi-bagikan uang lewat pesawat terbang meski hanya
sesaat beberapa tahun yang lalu. Selain belajar tersenyumlah pada awal waktu
sejak bangun tidur, saya rasa Bang waringin memang agak sedikit berbeda dengan
Bang Daniel. Gitar, bagi saya teman yang cukup setia. Untuk memainkan gitar,
saya kira, saya cukup mendengar saja dan membaca sumber referensi ‘berjalan’. Siapapun
memiliki experience, dalam memainkan
gitar, sepertinya saya sedang diajak berwisata ke beberapa tempat yang sejuk,
dan cukup memberikan banyak inspirasi untuk menyambut konfigurasi suasana
terkini. Dan saya kira, The Bee Gees, selain suaranya merdu dan melengking, The Bee
Gees memang cerdik dalam bercerita dan melantunkan lagu-lagunya yang
fenomenal. Itulah kenapa saya seringkali mengunjungi jejaring sosial facebook, tentu bukan hanya sekedar
untuk mengetahui kabar terkini. Saya bisa berexplore, menjelajah, seolah-olah dunia memang jaraknya semakin
memendek. Ya, tentu saya harus tahu diri, bahwa pulsa dan paket byte sebuah modem memang tidak bergerak
diam. Apalagi akhir-akhir ini, tahun-tahun ke belakang pun demikian, hujan
memang turunnya jarang sekali. Untuk menunjukkan hal-hal yang ‘hodob’ saya kira apalah artinya, terkecuali
saya sedang berteater. Dan berteater pun saya kira tentu saja ada aturan
mainnya.
Saya rasa seperti orang kebanyakan, saya memiliki
kabar baik. Sejak televisi hitam putih, televisi sebesar kue biscuit, atau
sejak antene mesti terpasang puluhan meter dari genteng, dan kini cukup
terpasang di atas sebuah televisi, secara tak sengaja, saya bertemu dan
dipertemukan dengan cinema impor atau cinema pribumi. Rowan Atkinson, saya
rasa, bukan bermaksud apa-apa, karena kejeniusannya, atau teman saya bilang
kecerdikannya ia mainkan dalam sebuah film, memang terlihat mudah memproduksi
jutaan film hingga berbentuk kartun yang cukup inspiratif, meskipun, maaf, karakteristik
filmnya agak sedikit ‘jail’. Dan saya rasa, dalam menghadapi kenyataan, orang
memang sebaiknya menggunakan akal sehatnya sebaik-baiknya. Meskipun dunia
cinema dan instrumentalia selalu tampak harmonis, saya kira, siapapun tidak
aneh kalau mereka sangat senang ketika mendengar sebuah lagu klasik dengan
tempo moderato seperti romance de amor, meskipun agak sedikit
dipaksakan atau diada-adakan saja. Untuk anak gitar, seniorita saya bilang, khususnya
klasik, lagu ini adalah lagu wajib yang mesti dihafal sebaik-baiknya. Dari
lagu-lagu klasik, banyak orang kemudian menyebutnya sebagai dasar untuk merambah
dan berimprovisasi ke aliran musik lainnya seperti melayu, pop, jazz,
alternative, atau rock yang sedikit berkarakteristik ‘keras’.
Rasanya kebanyakan orang sudah tidak asing lagi
dengan dunia instrumentalia atau dunia vocalia. Kabar baiknya, saya diberi
kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat sekolah musik hanya untuk sekadar memenuhi rasa dahaga insting
saya saja dalam berkesenian, meski tidak sedikit orang bilang khususnya dalam
mempelajari piano atau keyboard,
berpiano atau berkeyboard sebenarnya hanya untuk kalangan ‘the have’ saja. Meski seperti kutu
loncat, saya tentu memiliki pendapat bahwa berinstrumentalia, memang sebuah hak
asasi setiap pribadi dan sebuah aktivitas yang sedang asyik-asyiknya siapapun memainkan
karakteristiknya di wilayah komposisi yang serba halus, indah, dan memotivasi
setiap pendengarnya untuk tetap eksis dalam menyambut suasana kehidupan yang relative
berubah-ubah. Berinstrumentalia, selain bersifat menggerakkan, tentu sangat
menyenangkan bagi siapapun yang melihatnya maupun yang mendengarnya. Seperti
halnya kebanyakan orang di usia ke-12 tahun, saat di tahun 1988, memang
saat-saatnya orang atau saya sangat gemar membaca sebuah referensi, pustaka,
atau sebuah majalah, meskipun edisi terdahulu. ***