Dalam
budaya Arab, barangkali kita sering melihat atau mendengar, Baitiy Jannatiy. Atau terjemah bebasnya,
rumahku adalah surgaku. Dari rumah sebenarnya kita bisa memulai mempraktekkan
manajemen sederhana untuk berbagai kepentingan, baik untuk managemen diri
sendiri, keluarga, maupun institusi yang lebih besar lagi. POAC atau Planning, Organizing, Actualitation,
dan fungsi Controlling, adalah
sederetan langkah klasik yang sedikit banyak telah membantu seseorang atau
institusi untuk bersikap simple dan
berhasil dalam menghadapi setiap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Seorang
siswa atau pekerja, boleh saja akan dihadapkan bagaimana merencanakan,
menggorganisasikan, mengerjakan, dan mengevaluasi setiap aktivitas belajar dan
kerjanya hingga sampai tepat sesuai rencana dirinya maupun sekolahnya, begitu
pula dengan seorang pekerja ataupun karyawan. Dengan mendapatkan raport yang
tinggi disertai kemampuan kognitif (intelektual), afektif (perasaan), motorik
(perilaku) yang baik, biasanya semua itu merupakan hal yang sangat dibanggakan.
Begitu pula sebagai pekerja maupun karyawan, dengan mendapatkan appreciate penghargaan dari konsumennya,
baik itu memperluas relasi, diversifikasi jumlah produk, hingga meningkatkan jumlah rekening, tentu
memiliki kebahagiaan tersendiri yang mungkin saja susah mudah untuk
diungkapkan.
Seorang
kepala keluarga boleh saja akan dihadapkan pada sederetan permasalahan
bagaimana mengatur rumah tangganya hingga kehidupan keluarganya tetap kokoh
kuat, bahagia, tentram, dan nyaman, di tengah-tengah tantangan dunia nyata yang
seringkali diam-diam atau sadar tidak sadar telah memporak-porandakan hingga
melupakan arti sebenarnya sebuah identitas keluarga itu sendiri. Tantangan itu
bisa saja masalah ekonomi, komunikasi sosial, maupun tradisi budaya yang sudah
menjadi pegangan dan prinsip hidupnya. Akan tetapi yakinnya tidak ada
permasalahan yang tidak ada jawabannya. Tuhan tidak akan membebani
hamba-hambaNya kecuali sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Dengan
bekal olah jiwa raga yang telah diajarkanNya, melalui hamba-hamba pilihanNya,
baik yang tersirat maupun tersurat, seharusnya sebuah diri maupun keluarga
sebagai institusi akan terus tetap kokoh kuat optimis meski berbagai ujian atau
cobaan datang dan pergi silih berganti.
Tidak
terkecuali dengan seorang pimpinan sebuah masyarakat atau organisasi yang lebih
besar lagi, kemampuan sumber daya manusia yang ada pada dirinya, baik kemampuan
leadership kepemimpinan, maupun
kemampuan membangun visi dan misi yang sudah terumuskan, hingga kemampuan
diplomasi komunikasi dengan bangunan sosial budaya yang sudah terbentuk
lamanya, merupakan tantangan tersendiri hingga menjadi sebuah petualangan yang
mungkin saja sangat menyenangkan bagi mereka yang sudah lama menekuninya. Dan
satu hal yang perlu diingat lagi, bahwa aktivitas individu maupun sosial,
selain semata-mata untuk meningkatkan kualitas diri maupun institusi, tentu
yang lebih penting lagi, semua itu adalah aktivitas yang akan lebih memperluas
kualitas dan kuantitas nilai persaudaraan, sebagai titah Yang Maha Kuasa
Isyaratkan melalui berbagai cara yang terkadang memang sukar untuk kita fahami
secara kasat mata, maupun secara mata telanjang lahir, maupun mata telanjang
bathin. [AF]