Statistik Blog

Sabtu, 02 Agustus 2014

Mikrokosmik Sepeda


            Ukuran sepedanya jauh lebih besar dari tubuhnya. Sepeda itu ia naiki, sepeda itu melaju lurus, sepeda itu sedikit berbelok, dan miringlah sebagian pagar dari beberapa pagar-pagar kayu lainnya. Ia tidak menangis, sebab sepeda itu terlihat begitu besar dari tubuhnya. Tiada pria berkumis tipis, berkopiah hitam, kebunnya rindang bertalikan ayunan mainan, namun yang sedikit terdengar adalah ayam-ayam yang berkokok sedikit melengking seperti suara rem yang melengking sebelum waktunya. Pria yang baik, pria itu pemilik pagar-pagar yang terbuat dari kayu itu. Akan tetapi sayangnya, ayam itu tidak berkeliaran kemana-mana, sebab kandangnya begitu teduh dan begitu menentramkan. Setelah shubuh, layang-layang di atas genting beberapa meter, biasanya saling berkejar-kejaran bebas bukan hanya karena ingin memamerkan suaranya, namun pertemuan dua layangan itu, seperti dua sejoli yang satunya ingin pergi entah kemana, atau mereka leluasa mengikuti irama angin atau mengikuti irama arah angin. Sepeda itu lebih besar dari tubuhnya. Sepeda itu ia naiki, sepeda itu melaju lurus, sepeda itu sedikit berbelok, dan masuklah ia ke dalam selokan.
            Einstein, beberapa dekade kemudian dikenal sebagai seorang pria yang tidak pantang menyerah. Meskipun dinilai sebagai keturunan Yahudi dan otobiografinya pernah dilansir kedalam sebuah layar lebar, karena kegigihannya beberapa kali melakukan eksperimen dan selalu mengalami kesalahan, pada akhirnya ia menemukan teori relativisme sebagai paradigm atomisme yang cukup menggemparkan dunia. Dan  Albert sebenarnya tidak hanya mahir dalam ranah fisika semata. Selain menyentuh dunia estetika, beberapa teori dan pemikirannya yang sederhana pun pernah sedikit menyinggung tentang kendaraan sepeda. Menurutnya kehidupan begitu terlihat jelas hanya ketika seseorang sedang mengendarakan sebuah sepeda. Dalam mengendarakan sepeda seseorang begitu berusaha menjaga keseimbangannya sehingga mereka tidak sadar bahwa begitu mudahnya mengendalikan sepeda tidak seperti ketika seseorang hendak memulai untuk mengendalikan sepedanya. Menurutnya, bersepeda itu sangat menyenangkan dan melatih keseimbangan.  Kendaraan, oleh beberapa filosofis kuno lainnya dikenal sebagai sebuah analogis dan perumpamaan yang lebih luas. Dunia pun dinilai sebagai sebuah kendaraan. Ia bukan merupakan tujuan, namun sebagai ruang, alat, dan jembatan untuk mencapai kehidupan akhir, dimana para pemuka kaum religiawan menyebutnya sebagai nirwana suwarga yang tidak mengenal batas, sebagai sebuah penghargaan tertinggi bagi mereka yang meyakini dan berbuat amal baik yang telah ditentukan oleh Tuhannya. Innaladziina aamanuu wa’amilushoolihiati ulaaika ashaabul jannah hum fiiha khooliduun. Sesungguhnya orang yang beriman dan melakukan amal sholih, mereka itu adalah penghuni surga dan mereka kekal didalamnya.

            Bersepeda atau berkendaraan memang memiliki kepuasan tersendiri. Selain menyehatkan, sedikit berbeda dengan jalan-jalan, berkendaraan pun membutuhkan sedikit sinergis dan kolaborasi saling menguatkan diantara satu dengan satu yang lainnya. Dan yang lebih penting, baik itu jalan-jalan maupun berkendaraan, permasalahan umumnya adalah bagaimana mengetahui dan memahami lebih jelas peta perjalanan, rambu-rambu berkendaraan, dan jelas mengetahui benar bagaimana cara merawat kendaraan itu sendiri. Selain karena alasan faktor kenyamanan dan kelanggengan, mengetahui tata-tertib apapun kapanpun dimanapun setidak-tidaknya itu akan lebih melancarkan sebuah perjalanan itu sendiri. Konfutze, filosofis klasik kuno, meringkasnya lebih jauh bahwa perjalanan jauh itu sebenarnya selalu diawali satu langkah. [AF]