Menulis
membuat sehat dan kaya? Aktivitas menulis, tidak hanya sekedar jurus untuk
menghibur dan mendayagunakan kemampuan
intelegensi semata, akan tetapi bagi
sebagian peneliti dan seorang manager di sebuah penerbit ternama, aktivitas
yang mencoba menggali kemampuan intelektual dan hampir menyerupai scrabble method gaming ini, ia
menjelaskan bahwa pada
saat Anda mencoba menumpahkan idea atau gagasan yang berada dalam benak Anda, di
dalam tubuh Anda terdapat sel-sel yang diam-diam aktif dan turut membangun system
pertahanan dan daya respek tubuh Anda hingga Anda akan mengalami perasaan yang cukup
menyenangkan. Seperti halnya pengetahuan umum yang sudah lumrah berkembang di
strata sosial manapun, hanya dengan menarik tak sengaja bibir Anda ke samping kanan
dan kesamping kiri saja, atau tersenyum, urat-urat syaraf sekitar pipi akan
menjadi lentur tidak kaku sebagai sebuah sedikit alasan kenapa seseorang tetap tampak
awet muda. Beberapa cendekiawan dan sebagian ulama lainnya menilai bahwa
senyum, selain mempertemukan dua hati, pun
tersenyum pada waktu yang tepat apa adanya merupakan sedekah kecil namun luar
biasa berdampak besar bagi kelangsungan hubungan komunikasi antar sesama.
Pembaca,
maaf, mungkin tidak asing lagi dengan pengusaha besar Steven Covey, dengan hasil
karyanya 7 Habbit Human Effective yang
pernah booming pada era 90-an, kepiawaian
dan kemahiran sastrawan Tolstoy dalam merangkai gagasan-gagasannya hingga
menjadi mahakarya novel dan cerpen mendunia, produktivitas cerdas karya Kahlil
Gibran dalam menangkap realitas kemudian mendaur ulangnya kembali hingga
mewujud menjadi sebuah puisi dan prosanya
yang sangat mendalam, R.A Kartini, Chairul Anwar, Affandi, Taufik Ismail, atau Cak Nun, dengan
nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan, perjuangan, dan religious yang sangat
mendalam. Seperti halnya para tokoh besar lainnya, mereka bukan hanya telah turut
meneteskan titik nadir idealism intelektualnya semata, namun dibalik itu semua
mereka telah menanamkan benih-benih idealism dan realitas yang turut membangun
paradigm atau cara memandang kehidupan ini lebih maju dan lebih bijaksana. Kekayaan
sejatinya tidak hanya dapat dilihat secara mata fisik dan dapat diukur menurut
logika dan perhitungan akal sehat, akan tetapi suasana yang nyaman, tentram,
dan damai dalam jiwa dan lingkungan sekitar, merupakan bentuk lain kekayaan yang
seringkali orang atau siapapun mungkin alpa untuk mensyukurinya. Tuhan telah
mengingatkan bahwa barangsiapa yang bersyukur atas nikmatKu maka akan Aku tambahkan nikmat tersebut. Akan tetapi
seandainya nikmatKu diabaikan, maka jangan aneh, malapetaka akan senantiasa mewujud.
Untuk melahirkan sebuah mahakarya, dalam
pandangan classic image, sebuah karya
adalah sebuah fitrah kemanusiaan yang sudah lama tertanam sejak dini. Tuhan
telah menganugerahkan kepada hamba-hambaNya dengan kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, saling melengkapi dan menguatkan antara satu dengan yang
lainnya. Tuhan pun konon menciptakan langit dan bumi ini melewati enam masa. Seperti
halnya pepatah kuno, bahwa hanya air yang terus menerus menetes terjun kebawah
menyentuh bebatuanlah yang kemudian bebatuan tersebut tampak berbeda terlihat. Semoga bermanfaat. [AF]