Statistik Blog

Sabtu, 19 Juli 2014

Rahasia Dibalik Huruf F


 
            F, dalam dunia logika harmoni, khususnya dalam dunia keyboard atau piano, dikenal kemudian sebagai kunci yang seringkali dipakai dalam membaca notasi balok, ditempatkan pada pertengahan dan awal garis birama, bentuknya hampir mirip angka sembilan terbalik menyerupai hewan udang, jauh berbeda dengan kunci G yang hampir mirip berbentuk angka delapan, yang seringkali dipergunakan dalam membaca notasi balok dalam membaca harmonisasi instrumentalia gitar. Tuts piano yang berwarna hitam yang berjumlah lima seakan terpisah menjadi dua dan tiga pada piano tersebut, selain menandakan tanda kruis (#) sebagai kenaikan setengah nada,  kalau disimak lebih jauh, suaranya memang jelas memiliki keunikan tersendiri. Sensitive touch yang ada pada piano tersebut, seringkali dipakai untuk meluapkan  dinamika, tempo, dan ekspresi keras, datar, dan lembut seorang pianis. F yang terkesan terdengar harmonis, dalam dunia vokal, dikenal kemudian sebagai huruf yang mesti dilafalkan dengan sedikit mengigit bibir bawah,  berbeda dengan membaca huruf P yang mesti dilafalkan dengan mempertemukan bibir atas dan bibir bawah.

            Huruf F sesungguhnya berada pada deretan keenam setelah huruf E dan sebelum huruf G. Dalam paradigm religious, F sebenarnya menandakan sebuah kesempurnaan dalam sebuah penciptaan. Simak saja misalkan pada ayat huwalladzii kholaqossamaawaati wal ardhi fii sittaati ayyaammin, kurang lebih bermakna Dialah (Tuhan) yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa).  Andaikata dihubungkan dengan surat al-'ashr (demi waktu), beberapa ulama klasik dulu sempat menyimpulkan ayat tersebut sebenarnya dinilai sebagai intisari al-qur’an, dimana andaikata al-qur’an lebih jauh dirunut, beberapa surat yang berjumlah 114 surat 6666 ayat dan 30 juz tersebut, akan menjadi al-faatihah (pembuka) hingga menjadi arrohman dan arrohim atau pengasih dan penyayang, dimana ustadz Qomar menyebutnya sebagai puncak ilmu tertinggi bagi ulama-ulama kontemporer masa kini. F, kalau terlihat dari jauh maupun dari dekat, tampak berdiri kokoh istiqomah ajeg,  hampir mirip seseorang yang berdiri atau menyerupai sebuah kunci menghadap ke atas sebagai simbolisasi pembuka ilmu atau dunia. Ulama dahulu menganalogikan bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, sebenarnya kuncinya adalah bertanya.
            Membaca huruf F, selain membaca huruf-hurufnya itu sendiri hingga berwujud menjadi sebuah frase, kalimat, hingga makna, sebenarnya jelas itu semua membawa siapapun untuk mengenal lebih jauh tentang dirinya sendiri, pun diam-diam sebenarnya mereka sedang berwisata mengarungi bahtera ciptaan Yang Maha Kuasa sebagai pemilik dan penguasa alam semesta ini untuk senantiasa terus menjalani titahNya, menangkap pesan-pesanNya, dan membumikan pesan-pesanNya tersebut untuk beradaptasi dan berkolaborasi intensif melewati system tradisi dan budaya yang luar biasa beraneka warna laksana pelangi dan luar biasa mahakaya. [AF]