F, dalam
dunia logika harmoni, khususnya dalam dunia keyboard atau piano, dikenal kemudian
sebagai kunci yang seringkali dipakai dalam membaca notasi balok, ditempatkan
pada pertengahan dan awal garis birama, bentuknya hampir mirip angka sembilan
terbalik menyerupai hewan udang, jauh berbeda dengan kunci G yang hampir mirip
berbentuk angka delapan, yang seringkali dipergunakan dalam membaca notasi
balok dalam membaca harmonisasi instrumentalia gitar. Tuts piano yang berwarna
hitam yang berjumlah lima seakan terpisah menjadi dua dan tiga pada piano
tersebut, selain menandakan tanda kruis (#) sebagai kenaikan setengah nada, kalau disimak lebih jauh, suaranya memang jelas
memiliki keunikan tersendiri. Sensitive touch
yang ada pada piano tersebut, seringkali dipakai untuk meluapkan dinamika, tempo, dan ekspresi keras, datar,
dan lembut seorang pianis. F yang terkesan terdengar harmonis, dalam dunia vokal, dikenal kemudian sebagai huruf yang mesti
dilafalkan dengan sedikit mengigit bibir bawah, berbeda dengan membaca
huruf P yang mesti dilafalkan dengan mempertemukan bibir atas
dan bibir bawah.
Huruf F sesungguhnya
berada pada deretan keenam setelah huruf E dan sebelum huruf G. Dalam paradigm religious,
F sebenarnya menandakan sebuah kesempurnaan dalam sebuah penciptaan. Simak saja
misalkan pada ayat huwalladzii
kholaqossamaawaati wal ardhi fii sittaati ayyaammin, kurang lebih bermakna Dialah (Tuhan) yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Andaikata dihubungkan dengan surat al-'ashr (demi waktu), beberapa ulama
klasik dulu sempat menyimpulkan ayat tersebut sebenarnya dinilai
sebagai intisari al-qur’an,
dimana andaikata al-qur’an lebih jauh dirunut, beberapa surat yang
berjumlah 114 surat 6666 ayat dan 30 juz tersebut, akan menjadi al-faatihah (pembuka) hingga menjadi arrohman
dan arrohim atau pengasih dan
penyayang, dimana ustadz Qomar menyebutnya sebagai puncak ilmu tertinggi bagi
ulama-ulama kontemporer masa kini. F, kalau terlihat dari jauh maupun dari
dekat, tampak berdiri kokoh istiqomah
ajeg, hampir mirip seseorang yang
berdiri atau menyerupai sebuah kunci menghadap ke atas sebagai simbolisasi
pembuka ilmu atau dunia. Ulama dahulu menganalogikan bahwa untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan, sebenarnya kuncinya adalah bertanya.
Membaca huruf F, selain membaca
huruf-hurufnya itu sendiri
hingga berwujud menjadi sebuah frase, kalimat, hingga makna, sebenarnya jelas
itu semua membawa siapapun untuk mengenal lebih jauh tentang
dirinya sendiri, pun diam-diam sebenarnya mereka sedang berwisata mengarungi bahtera
ciptaan Yang Maha Kuasa sebagai pemilik dan penguasa alam semesta ini untuk
senantiasa terus menjalani titahNya, menangkap pesan-pesanNya, dan
membumikan pesan-pesanNya tersebut untuk beradaptasi dan berkolaborasi intensif melewati
system tradisi dan budaya yang luar
biasa beraneka
warna laksana pelangi dan luar biasa mahakaya. [AF]