Statistik Blog

Sabtu, 12 Juli 2014

Pendidikan Seumur Hidup



            Pendidikan, dalam logika keteraturan, sedikit bercermin pada tokoh nasional mendunia semisal Agus Salim sekalipun, pendidikan sebenarnya bukan hanya dimulai dan dikenal sejak seseorang berusaha terus mengenal dan memperkenalkan dirinya sendiri, atau sejak siswa memahami  kekayaan dimensi sosial ruang-ruang kelasnya, atau sejak siapapun terus belajar becermin pada lingkungan rumahnya,  atau lebih luas lagi sejak individu mulai terjun ke dalam lingkungan masyarakat dengan berbagai tingkatan identitas dan pekerjaannya. Pendidikan, sebagai sebuah jalan atau thoriqoh menuju pendewasaan diri dan pendewasaan system yang akan disadarinya, memang terus konsisten bermetamorfosis hingga para komponen pendidikan itu sendiri terus berusaha keras untuk setidaknya ikut sejajar dengan standar nilai yang telah dirumuskan. Nilai-nilai tersebut biasanya dinamis, inovatif kreatif, tidak kaku, terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dan selalu berprinsip mempertahankan dan mengamankan nilai-nilai yang sudah kuat dan perlahan-lahan memperbaiki nilai-nilai tersebut dengan kesadaran dan kedisiplinan penuh.

            Berbagai pertanyaan seputar globalisasi pendidikan, tidak hanya selalu berjalan mundur ke belakang untuk mempersiapkan konfigurasi bangunan system yang diinginkan di masa-masa mendatang, akan tetapi lalu-lintas pertanyaan hingga formasi tata ruang bangunan system pendidikan masa mendatang memang selalu mesti berupaya untuk mengkomunikasikan bangunan system pendidikan itu sendiri dengan wilayah-wilayah system lainnya. Pendidikan, hingga orientasi pendidikan itu sendiri memang harus terus menjalin komunikasi intensif dengan wilayah-wilayah lainnya, dimana sebelumnya koordinasi pilar hankam, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat, menjadi payung yang menghubungkan dimensi-dimensi bidang lainnya. Pendidikan, sejak dulu memang tidak serta merta menjadi sesuatu yang menakutkan karena kepiawaiannya dalam ‘memainkan’  opini dan persepsi yang terus berkembang baik masih berwujud wacana hingga non wacana yang tidak berkesudahan, akan tetapi wilayah pendidikan adalah wilayah yang terus memantau dan bertanggungjawab terhadap perkembangan karakteristik humanism terutama pada sisi intelektualitas, perilaku (akhlak), dan bangunan harmonisasi kreativitas.
            Pendidikan memang berjenjang. Permasalahan apapun dimanapun memang selalu seiring dan sejajar dengan bangunan dan tingkatan system humanism. Permasalahan pendidikan, selain bertingkat-tingkat, seperti halnya dikenal dalam dunia artistik, mereka semestinya dan seharusnya sangat mengenal sekali permasalahan global yang tidak hanya dapat disentuh langsung pada titik permasalahan yang dikenal dalam logika melempar batu di atas permukaan air, namun mereka mesti melalui system birokrasi yang dikenal dalam logika waktu. [AF]