Pendidikan,
dalam logika keteraturan, sedikit bercermin pada tokoh nasional mendunia
semisal Agus Salim sekalipun, pendidikan sebenarnya bukan hanya dimulai dan dikenal sejak seseorang berusaha terus mengenal
dan memperkenalkan dirinya sendiri, atau sejak siswa memahami kekayaan dimensi sosial ruang-ruang kelasnya,
atau sejak siapapun terus belajar becermin pada lingkungan rumahnya, atau lebih luas lagi sejak individu mulai
terjun ke dalam lingkungan masyarakat dengan berbagai tingkatan identitas dan
pekerjaannya. Pendidikan, sebagai sebuah jalan atau thoriqoh menuju pendewasaan diri dan pendewasaan system yang akan disadarinya, memang
terus konsisten bermetamorfosis
hingga para komponen pendidikan itu sendiri terus berusaha keras untuk setidaknya ikut
sejajar dengan standar
nilai yang telah dirumuskan. Nilai-nilai tersebut biasanya dinamis, inovatif
kreatif, tidak kaku, terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dan
selalu berprinsip mempertahankan dan mengamankan nilai-nilai yang sudah kuat
dan perlahan-lahan memperbaiki nilai-nilai tersebut dengan kesadaran dan
kedisiplinan penuh.
Berbagai
pertanyaan seputar globalisasi pendidikan, tidak hanya selalu berjalan mundur
ke belakang untuk mempersiapkan konfigurasi bangunan system yang diinginkan di masa-masa mendatang, akan tetapi
lalu-lintas pertanyaan hingga formasi tata ruang bangunan system pendidikan masa mendatang memang selalu mesti berupaya untuk
mengkomunikasikan bangunan system pendidikan
itu sendiri dengan wilayah-wilayah system
lainnya. Pendidikan, hingga orientasi pendidikan itu sendiri memang harus terus
menjalin komunikasi intensif dengan wilayah-wilayah lainnya, dimana sebelumnya koordinasi
pilar hankam, ekonomi, dan kesejahteraan rakyat, menjadi payung yang menghubungkan dimensi-dimensi
bidang lainnya. Pendidikan, sejak dulu memang tidak serta merta menjadi sesuatu
yang menakutkan karena kepiawaiannya dalam ‘memainkan’ opini dan persepsi yang terus berkembang baik masih
berwujud wacana hingga non wacana yang tidak berkesudahan, akan tetapi wilayah
pendidikan adalah wilayah yang terus memantau dan bertanggungjawab terhadap perkembangan
karakteristik humanism terutama pada
sisi intelektualitas, perilaku (akhlak), dan bangunan harmonisasi kreativitas.
Pendidikan memang berjenjang. Permasalahan
apapun dimanapun memang selalu seiring dan sejajar dengan bangunan dan
tingkatan system humanism. Permasalahan
pendidikan, selain bertingkat-tingkat, seperti halnya dikenal dalam dunia artistik,
mereka semestinya
dan seharusnya sangat mengenal sekali permasalahan global yang tidak hanya
dapat disentuh langsung pada titik permasalahan yang dikenal dalam logika
melempar batu di atas permukaan air, namun mereka mesti melalui system birokrasi
yang dikenal dalam logika waktu. [AF]