Statistik Blog

Sabtu, 28 Juni 2014

Menjemput Kenyataan

 
             Tradisi apresiasi sastra, atau menyadari aktivitas kebahasaan, tak hanya sekadar menempatkan dan memilah-milah secara bijaksana gambaran terdahulu, kini, dan gambaran yang akan datang pada lalu lintas siklus kehidupan natural alamiah yang heterogen kaya akan bahasa, dinamis mengikuti dan beradaptasi dengan tanda-tanda zaman, fleksibel tidak takut untuk bersama-sama memperbaharui sesuatu yang tampak kurang, namun tradisi apresiasi sastra jauh melampaui dugaan Descartes misalkan, bahwa aku berfikir maka aku ada. Atau dalam pengembaraan seorang sastrawan senior Rendra misalkan, perjuangan adalah sebuah pelaksanaan kata-kata. Apresiasi sastra bahkan seperti kebiasaan hujan bebas turun dengan sendirinya atau seperti kelincahan angin semilir tanpa bentuk, mengisi penuh ke setiap ruang-ruang dan waktu. Bahkan lagi apresiasi sastra tidak sekedar menjalani dan menyadari rentang psikologi kejiwaan humanism untuk bekerjalah selagi nyaman, bertindaklah secara tenang hati-hati sesuai keadaan, namun tersenyumlah sebelum seluruh pekerjaan usai atau sudah pas. Berapresiasi sastra ibarat minum air laut, semakin diminum semakin dahaga.
            Namun berapresiasi sastra tidak hanya seperti deretan kartu berdiri berjajar yang disusun sedemikian rupa, dan bila ujung tepi itu disandarkan pada kartu disampingnya, maka kartu-kartu itu ikut bergerak ke sisi, depan, atau belakang hingga akhirnya membentuk bangunan dan suasana baru yang lebih memikat. Aktivitas penuh kedisiplinan ini tidak hanya sekadar menawarkan ‘dunia baru’ yang lebih terbuka, menerangi, dan menjelaskan sesuatu yang tampak rumit menjadi terlihat gamblang dan mudah dilakoni, pun aktivitas kebahasaan ini mencoba menghubungkan dan membentuk sebuah komunitas alternatif yang berusaha bersikap terbuka untuk berbagi tentang bagaimana hidup bersama dalam bingkai dunia sebagai sebuah kesemestaan yang amat luas, namun tampak intensif mencoba, menghargai, dan berusaha menguatkan dan menggali potensi tersembunyi yang ditemukan di setiap karakteristik kemanusiaan. Apresiasi sastra adalah sebuah aktivitas tak berkesudahan seperti halnya fenomena dialektika tentang wujud dan keberadaan dunia itu sendiri.
            Richie Rich atau the underwater world, misalkan, sebagai sebuah produk sastra yang berwujud kemudian menjadi sebuah cinema populer hingga merambah pustaka bergambar kartun yang mampu diproduksi hingga menyaingi produk Disney atau Hello Kitty sekalipun, bahkan selalu mengimbangi kepopuleran dunia sport, travelling, atau dunia metafisika sekalipun. Mereka terlahir bukan hanya terlahir begitu saja, namun mereka terlahir karena kesungguhan luar biasa untuk tidak hanya menunggu kenyataan, namun berusaha untuk menjemput kenyataan yang seringkali mereka tidak hanya ditemukan dalam dunia entah berantah, namun dalam dunia sepakbola pun hal tersebut sudah tidak asing lagi ditemukan. [AF]