Rasanya,
bisa saja keadaan pada akhirnya cukup serius ataupun sebaliknya. Hutang pelan-pelan
merayap naik, derajat kesehatan relative naik-turun, jual-beli yang tak kunjung
laku, atau bisnis yang sudah dirintis tahunan lamanya semakin terdampar nyaris
punah tidak jelas. Itu artinya, siapapun bisa saja hilang pekerjaan, hilang
juga uang insentif sampingan. Tapi untungnya bisa saja siapapun masih memilih memiliki
Tuhan. Siapapun masih bisa memiliki cara memandang dunia ini tetap bugar
positif dan lebih dewasa, bahwa materi terkadang bukanlah apa-apa meski mereka memang
diperlukan setiap waktu. Orang pada akhirnya bisa saja memilih untuk lebih
dewasa menghadapi kenyataan ini, bahwa selain bersikap tetap terus mensyukuri
apapun keadaannya, orang harus terus berusaha semampunya dan memilih pernyataan
bahwa Tuhan selalu mempersilahkan dan memberikan kesempatan kepada
hamba-hambaNya untuk mengubah nasibnya sendiri. Belajar dari keterpurukan dan
memanfaatkan kesempatan yang ada, biasanya memang ada baiknya untuk ditata
kembali meski memang agak sedikit rumit.
Rasanya
siapapun akan semakin memiliki keyakinan, bahwa bekal pengalaman pendidikan dan
pekerjaan yang telah dirintis dulu, bisa saja semakin orang memiliki sebuah
pilihan bahwa belajar berdiri di atas kaki sendiri, memulai sebuah usaha dari 0
(nol) pun kiranya bisa saja sebuah pilihan yang sangat tepat. Orang bisa bebas
penuh disiplin mengatur waktu aktivitas sendiri, atau ustadz-ustad tv bilang, kitalah sebenarnya yang mengendalikan dunia
ini, bukan sebaliknya dunia yang mengendalikan kita. Usia, bisa saja masih
cukup terbilang muda. Itu artinya, kalau becermin pada usia kerosulan, siapapun
masih diberi kesempatan untuk menapaki semesta budi pekerti mereka. Orang-orang
bilang, pada usia ini, perlu disyukuri, kemampuan mental spiritual kemanusiaan malah
mesti semakin matang. Seniorita bilang, siapapun akan dan telah melewati sebuah
pertanyaan besar tentang siapakah aku, dan siapakah kamu sebenarnya. Lalu pada
akhirnya, orang pelan-pelan akan memasuki sebuah pertanyaan yang lebih besar
lagi tentang siapakah kita?
Kehidupan
menurut beberapa cerita mau tidak mau adalah sebuah tahapan yang mesti dijalani.
Setelah melewati alam ruh alam rahim, yang hidup, yakinnya, mereka sedang
memasuki alam kehidupan, alam kubur, alam mahsyar
penghisaban amal perbuatan, lalu orang akan menghadapi dua alam misteri yang
hanya akan diketahui setelah orang tahu hasil akhir seluruh amal perbuatannya.
Orang-orang sufi suci dulu bilang, apalah artinya itu semua, seandainya
pertemuan dengan Tuhan sebagai pencipta Alam semesta ini tidak pernah terjawab
sekalipun. Mereka berpendapat bahwa pertemuan diri dengan Tuhannya, sebenarnya
adalah puncak dan titik akhir dari sebuah perjalanan kemanusiaan yang sangat
sangat melelahkan. Kehadiran Tuhan, jelas telah melupakan dan meleburkan
kenyataan-kenyataan seluruhnya yang senantiasa silih datang dan pergi dengan
pergantian musim yang selalu teramat dirindukan. Dan kiranya, siapapun, tentu
saja bisa memiliki banyak pilihan dan mimpi yang selalu datang dan pergi, lalu
menghampiri, tentu dengan berbagai bentuk dan warna yang bisa saja teramat
menggoda. [AF]