Baru-baru
ini, dalam sebuah beranda, yang hanya dapat dibaca oleh mereka yang sudah
memiliki sebuah account jejaring
sosial atau account commercial yang berada dalam sebuah
website atau internet, atau mereka yang sudah terlanjur menyukai sebuah icon, produk, atau sebuah komunitas tertentu, badan antariksa NASA
melaporkan, sebuah asteroid sebesar rumah telah melewati bumi dengan selamat. Tentu
saja ini merupakan karunia Tuhan dan kehendak Tuhan yang patut disyukuri. Beberapa
tahun lalu, karena aktivitas asteroid singgah ke bumi, masyarakat dunia hingga ahli
geologis sempat dikejutkan, karena sebagian permukaan bumi sempat berubah, yang
tentu saja berdampak berbeda pada system kehidupan yang sudah tertata dan
sebagian sudah terdeteksi sebelumnya. Terlepas dari benar tidaknya informasi
tersebut, tentu saja bagi mereka yang yakin, peristiwa tersebut merupakan
peristiwa misterius yang perlu dicatat.
Sesuatu
yang masih misteri lainnya hingga detik ini, selain tentang kapan pastinya awal
penciptaan alam semesta, hampir semua
orang mafhum bahwa jumlah spesies makhluk yang bernama manusia, secara
universal memiliki identitas dan bentuk yang serupa, namun mereka hampir dipastikan
memiliki raut wajah dan sidik jari yang berbeda-beda. Kalaupun ada yang sama, sudah
bisa dipastikan mereka bisa dihitung jari, dan bentuk sidik jari, hampir belum
pernah mendengar sebuah penelitian yang menemukan bahwa bentuk sidik jari seseorang
seluruhnya sama atau ada yang sama. Jumlah nama seseorang, tempat, produk, lisensi,
maaf, karya sastra, model rambut hingga
bentuk dan warna sandal ataupun sepatu, jauh mengungguli trend persamaannya dibandingkan dengan misteriusitas tentang awal
penciptaan alam semesta atau tentang perbedaan raut wajah tersebut diatas.
Anehnya
lagi, kebanyakan orang, seakan tidak peduli dan ambil
pusing dengan fenomena tersebut. Selain
mungkin karena dirasa
kurang ada manfaatnya, aktivitas pragmatism
atau hal-yang mendesak utama seperti mencari rizki untuk makan minum sehari-hari
dari pagi hingga malam, mendidik, merawat, hingga menyekolahkan anak hingga
berhasil meraih gelar dan berharap mendapatkan pekerjaan hingga dapat menghidupi
dirinya sendiri dan keluarganya, mencari biaya untuk listrik, kesehatan, air, telepon,
perabotan dapur yang sudah kadaluarsa, atau aksesoris fashion, jauh lebih penting diutamakan daripada
hal-hal lainnya. Covey meneliti kebiasaan perilaku manusia ke dalam satu kotak
yang terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama sangat penting, kedua
penting, ketiga tidak penting, dan keempat sangat tidak penting. Bagi mereka
yang banyak berada pada zona pertama dan kedua secara bijaksana, akan melahirkan pribadi-pribadi yang
disiplin, ulet, dan sukses. Pribadi-pribadi yang sukses selalu memiliki
aktivitas prioritas yang dapat diperhitungkan dan dapat dipertanggung jawabkan seperti bekerja,
belajar, aktivitas fisik, mental, sosial, dan spiritual yang intensif. Sedangkan
pribadi-pribadi yang lemah yang kurang bertanggung
jawab mereka lebih banyak
berada pada zona tiga dan empat seperti banyak menerima telepon salah sambung
atau mengurus pekerjaan yang bukan kesenangan dan keahliannya. Dan sesekali
keluar sebentar dari lingkaran zona tersebut, atau covey menyebutnya ‘mengasah’
gergaji setelah gergaji tersebut dipakai berlama-lama, atau sebentar
beristirahat, membaca, relaksasi, berevaluasi, adalah sebuah jeda yang dapat
menyemangati dan memberikan alasan plus kembali dalam melakukan aktivitas
keseharian yang berkualitas.
Biasanya
rata-rata usia seseorang kini secara lahiriah hingga ratusan saja. Itupun hanya
beberapa saja. Rosul, utusan, dan manusia pilihan Tuhan pun diberikan jatah
usia lahiriah mencapai usia 60-an saja. Akan tetapi secara ruhaniah, usia rosul
seakan abadi sepanjang masa. Selain karena perilaku rosul adalah sebuah
terjemahan dari titah ke-Tuhanan, rosul telah berhasil melakukan aktivitas
tersebut dengan baik, benar, dan sabar. Dalam mahakarya arsitektur, bahasa, seni, hingga
dunia metafisika, seringkali kita menemukan nama-nama pilihan Tuhan tersebut
dengan mata telanjang hingga terdengar ke dalam lubuk hati di sepanjang masa sebagai
sebuah sumber referensi dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna.
[AF]