Sukahardjana, doktor musik Indonesia, dalam musik antara kritik dan apresiasi pernah
menjelaskan. Temukanlah beberapa nada. Dan nada A akan terdengar sendu, nada G
akan terdengar riang, dan nada D akan terdengar lincah. Komposisi yang dibangun
tersebut bukan hanya semata membangkitkan semangat untuk terus ber-explore dan turut membumikan simbol-simbol kesemestaan makna komunikasi, namun Quantum Learning terbitan Kaifa (1998) lagi-lagi
menyederhanakan bahwa musik barok misalkan, dengan tempo moderato yang tidak begitu cepat tidak terlalu lambat, sudahlah
cukup sebagai background yang turut
melancarkan urat-urat saraf dan intensitas aktivitas jantung saat beban
pekerjaan begitu memberatkan.
Seperti halnya
perkembangan dunia teknologi, instrument musik
pun mengalami modifikasi dan kreasi yang cukup beragam dengan diversifikasi
bentuk dan sumber suara yang terdengar aneh bahkan agak terdengar ‘miring’ pun
sudah pasti banyak mudah
diketemukan. Sandiaga lebih menyederhanakan lagi, kesetaraan memang bukan hanya
bisa terdeteksi di dunia idealisme saja, namun dengan memakai kaca mata apapun,
mereka sudah bisa terlihat dan terdeteksi di sekeliling kita sejak dulu. Itulah
mungkin kenapa Rahim, inspirator ternama abad terkini, dalam layar televisi lokal mengingatkan,
cobalah luangkan waktu cukup untuk memperhatikan peta kehidupan di sekeliling
Anda. Karena mereka sebenarnya adalah komponen-komponen yang tak hanya sekadar turut
andil membentuk harmoninasi kehidupan Anda, namun juga mendeskripsikan ringkas seberapa tergambarkan besar kecilnya
kesuksesan yang hinggap di kehidupan Anda.
Seperti halnya gagasan,
dunia memang tidak hanya diramaikan oleh fluktuasi
ekonomi, pragmatism politik, eksistensi sosial, identitas budaya, hingga hingar-bingarnya kehidupan hankam semata, namun
kehidupan dunia sejak dulu sangat membutuhkan kekuatan personalitas dan
keajegan sistem, dimana dalam trias
politica yang dimafhumi dalam tradisi demokrasi, antara eksekutif pelaksana,
legislatif pembuat, dan yudikatif pengawas harus menjalankan fungsinya
masing-masing hingga terbentuk bangunan struktur dan infrastruktur yang
dikehendaki. Abdurrahman, di beberapa kesempatan dengan cerdas
menyederhanakan, seandainya Kau tidak mampu menjadi lautan yang mencukupi
dahaga kemanusiaanmu, cukuplah menjadi jalan setapak yang membawa jati diri
kemanusiaan itu hingga menuju samudera lautan yang maha luas. [AF]